5 Marga Adat Dukung Ridho

Gubenur Lampung Lampung M. Ridho Ficardo bersama Sultan Adat Kepaksian Pernong Kerajaan Sekala Brak ke-23 Edward Syah Pernong dan lima Kepala Marga Adat Lampung Selatan.

BANDARLAMPUNG LAMPUNGSEGALOW – Sebanyak lima Kepala Marga Sai Batin Lampung Selatan (Lamsel) mengapresiasi kepemimpinan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo, dalam empat tahun terakhir. Untuk itu, mereka berharap tugas tersebut kembali diembannya, pada periode berikutnya.

Kelimanya adalah: Sai Batin Marga Ratu Pangeran Cahya Marga; Sai Batin Marga Dantaran Pangeran Naga Bringsang; Sai Batin Marga Rajabasa Pangeran Penyimbang Agung; dan Sai Batin Marga Ketibung Pangeran Suhunan Sempurna Jaya.

“Sebetulnya marga adat Lamsel ini tak pernah tertarik untuk ikut campur dalam urusan politik pemerintahan,” kata Sultan Adat Kepaksian Pernong Kerajaan Sekala Brak ke-23 Edward Syah Pernong, saat mewakili kelimanya pada pertemuan dengan gubenur di Sessat Agung, Kamis (1/2/2018) malam.

Bahkan, kata Edward Syah Pernong, berkali-kali dia mengingatkan mereka untuk berfikir ulang soal itu karena sangat sensitif dan bisa dikait-kaitkan dengan penyelenggaran Pilkada.

“Ini bisa dinilai sebagai keberpihakan. Tapi, mereka berkeras karena melihat pesatnya kemajuan pembangunan yang terjadi di sejumlah wilayah Lampung sudah cukup untuk menyatakan dukungan dan  keberpihakannya,” tandas Edwar Syah Pernong.

Meski begitu, kelima pemimpin masyarakat adat itu diingatkan untuk teguh pada pendiriannya terkait menang atau tidaknya Ridho saat pemilihan gubernur pada 27 Juni mendatang.

“Saya mengultimatum mereka untuk tidak goyah terhadap berbagai godaan yang akan dihadapi bersama rakyatnya terkait dukungan politik tersebut. Karena, nama baik Kerajaan Sekala Brak menjadi taruhannya dan mereka adalah bagian darinya,” tandas Edward Syah Pernong.

Gubernur sangat terkejut mengetahui niat lima marga adat tersebut. Pasalnya, dia merasa belum berbuat banyak untuk masyarakat Lamsel. Bahkan tatap muka dengan lima pemimpin adatnyapun baru malam itu.

“Kalaupun pernah terjadi komunikasi, hanya dengan Panglima Alif Jaya, yang merupakan sub bagian dari marga di Lamsel ini. Itupun sudah lama sekali. Saya merasa ada pancaran aura ketulusan dari marga-marga di Lamsel ini,” kata gubenur.

Biasanya, kata gubenur, bila salah satu pihak atau wilayah lain dekat dan terlebih dahulu dilayani oleh pemerintah, maka mereka yang tidak merasakannya akan muncul sikap iri atau antipati.

“Tapi, tidak bagi lima marga Lamsel. Yang saya tangggap dari tadi adalah kemajuan pembangunan tak harus berada di wilayahnya. Di belahan Lampung lainnya sudah cukup bagi mereka untuk mengapresiasinya,” lanjut gubenur.

Selain itu, gubenur juga menyatakan keheranan dan kekagumannya karena tak ada sikap kompromi dan pamrih dari marga-marga tersebut. “Lazimnya setiap dukungan meminta imbalan atau minimal dukungan timbal balik. Ini kok tidak? Hal ini baru saya jumpai selama jadi gubenur,” tuturnya.

Bahkan saat ini, kata gubenur, pihaknya tengah fokus membangun  jalan di Mesuji dengan mengalokasikan anggaran Rp200 miliar. “Jalan di sana sangat panjang dibanding wilayah lain sehingga dana yang diperuntukan cukup besar dan harus bertahap,” ungkap gubernur.

Meski begitu gubernur berharap kesabaran dan toleransi kelima pemimpin marga adat itu. “Intinya setiap wilayah di Lampung akan saya kembangkan, tetapi secara bertahap dan berdasar skala prioritas,” janjinya.

Turut hadir, Panglima Alif Jaya, Panglima Sindang Kunyayan, Panglima Redaksi Iskandar Zulkarnaen, Humas Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Dedy Tisna Amijaya, Juru Bicara Kerajaan Adat Sekala Brak, serta Bahatur, dan Punggawa.(RF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *