LAMPUNG SEGALOW (18/2) – Akhir 2018, Kementerian Kesehatan mengeluarkan data Riset Kesehatan Dasar. Hasil riset sebetulnya tidak terlalu mengejutkan, kendati tetap harus dipikirkan. Angka Penyakit Tidak menular di Indonesia terus meningkat. Didominasi diabetes dan hipertensi.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek merinci, angka penderita hipertensi meningkat dari 24,5 persen naik menjadi 34,8 persen. Selain itu, penderita diabetes naik dari enam persen menjadi di atas delapan persen.
Kekhawatiran menkes adalah turunan dari penyakit-penyakit ini. Sebab penderita hipertensi berpotensi terserang penyakit jantung. Sedangkan diabetes membuka peluang gagal ginjal dan jantung.
Meski data ini dari tahun ke tahun kian menakutkan, di sisi lain, kesadaran masyarakat mengatasi atau menghindari penyakit ini pun semakin meningkat. Kini, semakin banyak orang yang mengubah gaya hidupnya, rajin diet dan olah raga. Sehat jadi tujuan utama. Lainnya, tidak ingin membawa penyakit sampai mati.
Seperti yang dialami Santi. Ibu beranak dua usia 34 tahun itu terkejut saat hasil medical check up –nya dibacakan dokter. Dokter menyebut ada batu di ginjalnya. Meski ukurannya sangat kecil dan terlihat berkabut saat di USG, tetap saja berita itu menjadi kabar menakutkan baginya. Tak hanya batu di ginjal yang membuat Santi takut, dari hasil MCU yang dijalaninya, diketahui pula ada perlemakan hati.
Dokter yang membacakan hasilnya saat itu mencoba menenangkannya. Santi diminta tidak khawatir karena masalah itu, masih bisa ditangani. Agar tak jadi penyakit serius, Santi disarankan menjalani pola hidup sehat, mengatur pola makan yang lebih baik dan rutin berolahraga. Dengan kata lain, ia harus menjalani diet sehat.
Terdengar simpel, namun butuh niat dan kemauan keras untuk menuruti saran-saran dokter. Tapi dari situ, Santi justru berpikir, perjuangannya untuk membiayai anak-anak masih panjang. Dari situ juga, dia jadi bersemangat menjalani diet.
Ada lagi cerita dari Dewi usia 33 tahun. Bidan di salah satu rumah sakit swasta ini mengaku, semangat menjalani program diet karena diduga mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang membuatnya sulit untuk mendapatkan keturunan meski sudah menjalani pernikahan selama 10 tahun. Saat berkonsultasi dengan dokter, Dewi pun disarankan berdiet. “Dokter saranin buat diet, olahraga dan turunin kadar insulin,” katanya.
Selain Santi dan Dewi, ada juga cerita dari Lina, seorang karyawan swasta usia 30 tahun. Ia mengaku tertarik menjalani diet karena muak melihat tubuhnya yang gemuk. “Kalau ngaca jelek banget, pakai baju enggak bagus. Kedua, ingin lebih sehat saja karena penyakit sekarang seram-seram jadi aku enggak mau tuanya penyakitan apalagi sampai stroke, amit-amit,” kata Lina.
Untuk memulai diet, baik Santi, Dewi dan Lina mengaku memilih memanfaatkan media sosial untuk mencari tahu program diet sehat yang akan mereka jalani. Karena mereka sadar, mengikuti program diet dengan berlangganan katering makanan sehat sangat mahal. Apalagi, jika ditambah harus menjalani program olahraga dengan didampingi pelatih kebugaran privat.Beruntung, media sosial memudahkan mereka menemukan inspirasi diet seperti apa yang akan mereka jalani.
Pejuang Diet Instagram (LS/RF)
676 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini
Tags:Related Posts
PERINGATI HARI ANAK NASIONAL, WALIKOTA EVA DWIANA MINTA ORANG TUA BERIKAN SUPPORT DAN KASIH SAYANG BAGI ANAK
DAMPAK ORANG TUA PILIH KASIH PADA ANAK
MENCEGAH KANKER PADA ANAK, APAKAH BISA?
GEJALA KANKER PADA ANAK
WAGUB CHUSNUNIA BUKA ACARA ADVOKASI KEAMANAN PANGAN PASAR AMAN DARI BAHAN BERBAHAYA BERBASIS KOMUNITAS DAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH AMAN
No Responses