Bandarlampung Tak Layak Dihuni Orang

Ilustrasi.

BANDARLAMPUNG LAMPUNGSEGALOW—Bandarlampung dikategorikan sebagai kota yang tidak layak huni di Indonesia. Ini berdasarkan survey yang dirilis oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia yang menempatkan indeks Kota Tapis Berseri hanya 56,4%.

Ketua Kompartemen Livable City IAP, seperti dikutip dari Idntimes, Jumat (2/2/2018) menyatakan, terdapat lima aspek terbawah yang paling dirasa kurang oleh masyarakat. Aspek dimaksud, yakni ketersediaan transportasi, keselamatan, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi pembangunan dan partisipasi masyarakat.

“Saat ini, banyak warga berharap bisa dilibatkan lebih luas dalam pembangunan, ini perlu diperhatikan,” ujarnya.

Selain Bandar Lampung, kota lainnya yang dianggap tak layak huni, yaitu Pontianak (62%), Depok (61,8%), Mataram (61,6%), Tangerang (61,1%), Banda Aceh (60,9%), Pekanbaru (57,8%), Samarinda (56,9)%, Medan (56,2%), dan Makassar (55,7%). “Pontianak dan Medan konsisten menempati urutan bawah. Makassar kota metropolitan dan perekonomian makin maju ternyata malah menurun,” kata Elkana Catur,

IAP menyebut tujuh kota yang masuk ke dalam top tier city, yakni kota dengan nilai index livability di atas rata-rata. Tujuh kota tersebut, yaitu Solo dengan indeks 66,9%; Palembang (66,6%), Balikpapan (65,8%), Denpasar (65,5%), Semarang (65,4%), Tangerang Selatan (65,4%), dan Banjarmasin (65,1%).

Hasil survei juga terungkap bahwa aspek ketercukupan pangan dan fasilitas peribadatan serta pelayanan keagamaan dari sebuah kota menjadi aspek paling memuaskan bagi masyarakat dengan presentase mencapai 76%. Aspek ketiga yang dirasa cukup membuat masyarakat Indonesia merasa nyaman tinggal di kotanya, yakni pengelolaan air bersih dengan angka 75%. “Fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan juga menjadi poin plus masyarakat merasa nyaman hidup di kotanya, kedua angkanya sama, yaitu 71%,” kata Elkana.

IAP meluncurkan indeks kota layak huni di Indonesia. Indeks tersebut disusun berdasar hasil survei di 26 kota dan 19 provinsi. Masing-masing kota diwakili 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut. Margin of error survei ini sebesar 95%. Survei dengan menggunakan metode kuisioner skala likert.(RF)