BANDARLAMPUNG, LAMPUNGSEGALOW.CO.ID – Seorang pemilik rumah makan Singgalang Indah yang beralamatkan di jalan Batu Sangkar no 1 pasar Bambu Kuning mengeluhkan aksi premanisme yang melempar etalese dengan sebuah batu. Rabu (13/7).
Pemilik rumah makan, Azman Effendi (59) menduga aksi premanisme ini melibatkan salah satu oknum kepala dinas kota Bandarlampung.
“Sebelum ada kejadian ini ada pesan dari seorang preman atas nama kepala Dinas yang berinisial WS untuk membongkar etalese tersebut. Lalu saya sampaikan kepada preman itu, kalau memang perda itu ingin ditegakkan, mari kita sama-sama tegakkan tapi tanpa terkecuali. Namun, preman ini bilang tidak bisa karena lain,” jelasnya.
Lanjutnya, keesokan harinya preman yang berinisial BD ini datang lagi dan memberikan wejangan.
“Salut saya sama abang, saya cukup ngasih tahu, kalau ada apa-apa saya sudah ngasih tau,” katanya.
Menurut dia, kejadian pecah kaca ini sudah dua kali terjadi sejak si preman Berinisial BD datang menemuinya.
“Kejadian pertama setelah dua hari preman itu menemui saya, etalase kaca saya pecah pukul 02.30 wib, dan setelah tiga bulan setelah kejadian pertama tepatnya pada tanggal 5 Juli etalase pecah lagi dengan waktu yang sama yakni pukul 02.30 wib,” bebernya.
Pendi juga menjelaskan dirinya juga sudah pernah bertanya untuk penjaga malam, namun petugas jaga malam ini tidak tahu menahu karena penjagaan hanya satu keliling sekali saja.
“Saya kan suka keluar malam, dan saya lihat tidak ada penjaga malam disitu sehingga saya menanyakan ke satpam dan menanyakan kenapa kaca etalase saya di pecahkan? Terus satpam itu menjawab, masa kaca itu yang saya jaga. Padahal saya sudah bayar jaga malam dimana pembayaran diambil dua kali dalam satu bulan.” jelasnya.
Sebelumnya, dirinya pernah bertemu dengan kepala dinas tersebut membahas etalase yang dianggap melanggar perda sehingga perlu di lakukan penertiban, padahal ada rumah makan lainnya yang etalesenya juga berada di depan.
“Saya gak tau persis permasalahannya, kalau benar kepala dinas ini menegakkan Perda kan tidak memandang, mungkin ada bisikan-bisikan dari preman karena berebut jatah, dan karena ditempat saya ada yang menjanggal makanya itu dibilang melanggar perda, makanya pada saat itu dinas menegur saya. Saya sudah pernah bertemu, tidak ada omongan apa-apa hanya selentingan omongan dan dia hanya tersenyum. Tapi setelah itu, ada yang datang yakni tim premanisme dan terjadilah kejadian pecah kaca etalase ini, ” ungkapnya.
Pria kelahiran Jambi ini mengatakan bahwa dirinya sudah melaporkan kejadian premanisme ini ke pihak kepolisian dengan nomor laporan : lp/B/582/lll/2022/SPkT/POLRESTA BANDAR LAMPUNG/POLDA LAMPUNG, tanggal 15 maret 2022, untuk menuntut keadilan.
“Saya disini sudah berdagang sekitar 3 tahun, dan baru kali ini terjadi pecah etalase. Saya sudah laporkan, baik itu kejadian pertama maupun kejadian kedua. Pelaporan saya ini untuk menuntut keadilan, dan mencari tahu siapa, supaya kejadian ini bisa diselesaikan dengan baik,” harapnya.
Dalam kesempatan ini, dirinya menyayangkan kejadian ini karena melibatkan aksi premanisme.
“Saya kan pedagang, kenapa sih harus bawa-bawa preman? Kalau memang ini dari dinas seharusnya dipanggil pakai surat kedinasan atau memanggil saya ke kantor dinas ini kan lebih baik daripada membawa preman,?.” Sesalnya.
Atas kejadian ini, dia menuturkan bahwa dirinya mendapatkan kerugian baik itu finansial atupun kerugian lainnya dan dirinya merasa terzholimi sebagai pedagang.
“Kalau kerugian ini memang tidak bisa terbaca. Tapi kalau etalase itu senilai Rp 8juta, tapi kalau saya tidak pedagang selama seminggu. Saya juga kehilangan pelanggan saya, dan ini berdampak pada moral-moral saya sehingga saya menganggap perbuatan ini sangat keji dan merusak hati saya untuk berdagang.” tuturnya.
Dari pantauan di lapangan, etalese yang pecah belum di perbaiki dan masih terdapat sebuah batu besar yang digunakan untuk menghantam etalese tersebut hingga pecah. (Din/AA)
777 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini
Tags:
No Responses