Terobosan Hanief tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan skala rumah tangga di Indonesia, sekaligus mematahkan anggapan bahwa menanam padi harus dilakukan di lahan yang luas.
“Selama ini ada pandangan kalau menanam padi itu kotor, tidak praktis dan membutuhkan lahan yang luas sehingga tidak cocok jika dikembangkan di perkotaan. Kami ingin mengubah pandangan tersebut sekaligus membuktikan bahwa menanam padi itu bersih, praktis dan dapat dilakukan di lahan sempit bahkan skala rumah tangga,” ujar Hanief dalam keterangan tertulis pada , Jumat, 8 Maret 2019.
Pemikiran Hanief ini berhasil menjadi 15 Top Essay pada Asia Speaks Chapter Indonesia yang digelar di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 28 Februari 2019. Di bawah bimbingan Dr. Suprehatin, mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memaparkan idenya di hadapan delegasi pemuda dari 10 negara ASEAN.
Menurut Hanief, masyarakat Indonesia gemar bercocok tanam. Selain itu sebagian besar warga juga sudah sadar akan pentingnya produk yang memiliki nutrisi tinggi, sehat dan segar.
Oleh karena itu, Hanief beranggapan konsep padi dalam pot ini sudah tepat untuk diterapkan pada skala rumah tangga dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan pokoknya.
“Target jangka pendek, kami akan menanam padi dalam 7000 pot. Jenis padi yang ditanam adalah brown rice yang lebih unggul daripada jenis padi putih pada umumnya,” katanya.
Dijelaskan Hanief, brown rice memiliki kandungan gula yang lebih rendah daripada padi putih. Beras ini menjadi sumber pangan alternatif bagi pengidap penyakit diabetes dan kaya nutrisi. (LS/RF)