LAMPUNG SEGALOW (7/2) – Masih ingatkah adegan di film animasi UP tentang seorang kakek menerbangkan rumahnya dengan ratusan balon berisi helium? Tampaknya, rumah terbang bukan sekadar animasi tapi bisa jadi kenyataan.
Firma arsitek Studio McLeod and Ekkist terinspirasi untuk membuat konsep rumah terbang. Tapi, konsep itu tak menggunakan balon helium, melainkan dengan balon udara.
Konsepnya berupa rumah kecil yang dilengkapi dengan balon udara. Penghuninya dapat menggunakan balon udara untuk berpindah kota atau lingkungan.
“Jadi pemiliknya bebas mau tinggal di kota atau di alam. Pilihannya harus terhubung dengan dunia luar atau dalam jaringan,” kata Duncan McLeod, Kepala Studio McLeod, dikutip dari
Kehidupan nomaden dan hiruk pikuk di Ibu Kota menjadi alasan firma arsitek membuat rumah tersebut. Rumah dibuat ringan sehingga mudah beradaptasi dengan berbagai iklim.
Di kota, rumah balon dapat berlabuh ke struktur yang dibuat dalam bingkai bersama rumah terbang lain. Sehingga pemilik rumah terbang dapat saling berinteraksi.
Rumah-rumah akan berlabuh ke struktur seperti bingkai bersama dengan rumah terbang lainnya sehingga memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya.
Dinding rumah ‘berkulit’ LED. Sehingga tampilannya dapat diubah sesuai keinginan. Misalnya perubahan warna atau diubah menyerupai dinding berpanel yang menampilkan keindahan alam.
“Dinding rumah tersebut dapat menawarkan kamuflase dengan skema warna maupun pemandangan. Kulit LED ini bisa transparan dan tidak demi menjaga privasi pemiliknya,” kata McLeod.
Pada bagian lantai, sebuah teknologi akan dirancang untuk tetap membuat rumah naik, tetapi juga mengubahnya menujadi beberapa perabot rumah yang dapat berubah-ubah fungsi.
“Daripada harus memindahkan dan menyimpan furnitur, kami ingin furnitur muncul dan menghilang sesuai kebutuhan, misalnya menjadi rung makan, ruang tidur, hingga kantor,” jelasnya.
Rancangan rumah ini merupakan karya dalam kompetisi Dezeen x MINI Living Future Urban Home Competition. Kompetisi ini menyerukan tema “bagaimana orang dapat hidup dalam waktu 100 tahun”.
Lebih dari 400 peserta dari 56 negara di seluruh dunia yang mengikuti kompetisi ini. Lima belas konsep dari sembilan negara terpilih, namun juri hanya memilih tiga besar. (LS/RF)