BANDARLAMPUNG, LAMPUNGSEGALOW.CO.ID – Naiknya harga komoditi kedelai secara Nasional sangat mempengaruhi para pengelola tempe, dikarenakan sangat mempengaruhi omzet yang di dapat, dan bisa terancam rugi.
Selamet, Salah seorang pengerajin tempe yang berlokasi di Teluk Betung Utara, sangat mengeluhkan kenaikan harga kedelai tersebut, menurutnya kenaikan tersebut sangat mempengaruhi produksi tempe yang dibuat. Sabtu (19/2).
Kenaikan kedelai tersebut, sejak mulainya pandemi Covid-19. Untuk harganya sendiri, yang sebelumnya hanya Rp6.000 per kilogram, dan sekarang mencapai Rp11.000 per kilogram.
“yah ini naik terus, jadi keadaan produksi sekarang ini kacau, karenakan harga kedelai ini naik-naik terus. yah untuk harga awalnya masih sekitar Rp6.000, sekarang bisa Rp11.000 lebih,” ungkap dia kepada Lampung Segalow.
Ia juga menjelaskan, bahwa penjualan tempe saat ini, dirinya mengakali dengan cara menaikkan harga atau mengurangi takaran dari produksi normal.
“Untuk penjualan tempe, kita siasatin, ada yang kita naikin, ada sebagian besar kita kecilin produksinya,” Jelas dia.
Naiknya harga kedelai atau harga tempe ini juga, terpengaruh dari naiknya harga minyak saat ini. Dikarenakan banyak pengelola atau yang mengonsumsi kedelai ini, memasak menggunakan minyak.
“Ini juga berpengaruh dari harga minyak yang naik, jadi yang biasa beli, yang mengkonsumsi jadi enggak beli. Karena enggak ada minyak,” Pungkas dia.
Ia pun berharap, Pemerintah diminta untuk lebih mengerti, dengan naiknya harga kedelai ini. Disebabkan banyaknya pengusaha-pengusaha tempe merasa sangat rugi, karena pendapatannya menurun drastis.
Diketahui, usaha tempe yang di jalanin oleh Selamet ini, sudah mencapai 30 tahun yang di bangun oleh orangtuanya.
Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 per bushel atau sekitar Rp11.240 per kilogram. (TSF/AA)
1,106 kali dilihat, 4 kali dilihat hari ini
Tags:
No Responses