LAMPUNG SEGALOW (11/3) – Dari sisi penampilan, tanaman porang atau iles-iles serupa dengan suweg dan walur yang mudah ditemui di pekarangan terutama di desa-desa. Bedanya porang dengan dua tanaman itu terletak pada adanya buah di cabang tangkai daun.
Porang termasuk tumbuhan bermarga Amorphophallus. Secara penampilan, porang tumbuh dengan tangkai tunggal atau batang bercorak belang-belang hijau-putih. Tangkai kemudian menjulurkan cabang-cabang sebagai tangkai daun.
Porang hanya bisa tumbuh di bawah pepohonan penyangga seperti pohon jati. Ia akan gagal tumbuh di area persawahan. Tanaman ini, ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan. Umbi yang tertanam di dasar tungkai yang bisa diproduksi dan diolah menjadi produk kesehatan dan kecantikan.
Karena kaya manfaat, porang juga berpotensi untuk dikomersilkan, bahkan untuk pasar ekspor. Nah, warga Desa Bendoasri, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menangkap peluang. Melalui binaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan atau LMDH Artomoro dan Trimulyo, budidaya tanaman umbi itu dilakukan.
Budidaya porang oleh LMDH Bendo Asri dilakukan di kawasan hutan jati wilayah Perhutani. Lahan itu berada di perbatasan Nganjuk dan Madiun. Saat ke sana bersama rombongan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Minggu 10 Maret 2019, masuk hutan dari Rejoso, Nganjuk, tapi keluar di Jalan Raya Saradan, Kabupaten Madiun.
Dari jalan raya, perjalanan sampai ke lokasi budidaya porang lebih dari satu jam. Padahal, jarak perjalanan tak lebih dari 10 kilometer (km). Perjalanan memakan waktu banyak karena jalan masuk tergolong sempit dan penuh bebatuan, khas kawasan hutan. Sepanjang perjalanan, sejauh mata memandang hanyalah pohon jati menjulang dan semak-semak yang rimbun.
Informasi diperoleh, porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air. Selain itu, juga untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.
“Tidak banyak diketahui orang manfaatnya, tetapi sebenarnya merupakan komoditas unggulan Jawa Timur, karena hampir 100 persen diekspor,” kata Khofifah.
Ketua LMDH Artomoro, Rianto mengatakan, manfaat porang banyak sekali. “Untuk bahan dasar obat-obatan, bahan dasar kosmetik, bahan campuran kertas, dan dia punya zat namanya glukomannan dan mengandung banyak karbohidrat nonkolesterol kalau dikonsumsi,” tuturnya.
Total 500 hektare (ha) lahan di kawasan hutan Desa Bendoasri digunakan untuk budidaya porang. Masa tanam porang lima bulan sekali. Sekali panen, Rianto mengaku, LMDH menghasilkan 15 ton porang. Petani menjual umbi tumbuhan itu Rp10 ribu per kg dalam kondisi basah.
Sementara itu, pemerintah Provinsi Jawa Timur berjanji akan menggandeng ahli dari Universitas Brawijaya untuk mengembangkan budidaya porang. Bantuan alat produksi seperti perajangan juga akan diberikan.
Khofifah berharap dan mewanti-wanti petani agar bibit porang tidak terbawa ke luar negeri. “Karena, malah negara luar nanti yang berhasil mengembangkan,” ucapnya. (asp) (LS/RF)
4,395 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini
Tags:
No Responses