Rp7 M Gak Laku di Menggala

Terminal Kota Menggala, Tulangbawang, akan dijadikan taman kota. (foto:Ist)

MENGGALA LAMPUNGSEGALOW- Nampaknya Rp7 miliar tak cukup besar bagi warga Menggala, Tulangbawang. Nyatanya, dana dari APBD 2018 itu masih dinilai rendah untuk pembebasan lahan warga bagi taman kota di kabupaten tersebut.

“Harga yang ditawarkan pihak ketiga sangat tinggi sekali. Sementara kami ingin membeli lahan tersebut sudah disesuaikan dengan nilai standar pemerintah. Tapi, proses negosiasinya sampai saat ini belum beres,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tulangbawang Ferli Yuledi, Selasa (13/2/2018).

Apabila proses negosiasi dengan sejumlah pemilik lahan masih dinilai lamban dan bertele-tele, maka pemkab mengambil alternatif lain dengan mengalihkan lokasi pembuatan taman kota itu di Terminal Menggala.

“Karena apapun konsekuensinya, program pembangunan Taman Kota Menggala harus dibangun dan selesaikan tahun ini demi tertatanya wilayah dan menunjang program pariwisata,” tandas Ferli Yuledi.

Awalnya, pemkab berangggapan Rp7 miliar itu sangat besar mengingat anggaran yang disiapkan tahun sebelumnya tak mencapai angka itu. Apalagi ada penambahan klausul soal biaya administrasi.

“Penambahan anggaran itu tadinya dianggap cukup bahkan berlebih. Sehingga negosiasi bisa menemui kata sepakat. Nyatanya masih juga dinilai kurang,” sesal Ferli Yuledi.

Budaya

Tulangbawang dijuluki pula Paris van Lampung karena memiliki berbagai objek wisata budaya dan sejarah yang dapat diandalkan, seperti Menggala sebagai ibukotanya yang merupakan kota tertua.

Dan sanggar-sanggar seni budaya warisan nenek moyang banyak berkembang di kabupaten itu. Salah satunya Sanggar Seni Besapen.

Selain sebagai kota tertua yang terdapat banyak sejarah sebagai saksi kejadian masa lampau, Menggala juga banyak menyimpan potensi objek pariwisata. Masyarakat masih sering melaksanakan acara adat, misalnya: pernikahan, khitanan, pemberian gelar adat, hingga mendirikan rumah (ruwah bumi), yang tentunya menarik bagi wisatawan.

Peta sejarah kebudayaan dan perdagangan nusantara menggambarkan Tulangbawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, di samping Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai dan Tarumanegara.

Selain sebagai ibukota kabupaten, Menggala merupakan salah satu kota tua yang berkembang sejak pemerintahan kolonial Belanda.

Ciri khas kehidupan tradisional, kesibukan sebagai kota pelabuhan sungai, pola pemukiman, rumah-rumah tua, dan tata kehidupan asli masih sangat terlihat.

Kawasan rawa Bujung Tenuk di kota Menggala merupakan daerah rawa pasang surut yang menjadi tampungan air di musim hujan secara alami, sehingga musim hujan terlihat seperti danau yang sangat luas dan tentu saja pemandangannya sangat indah.

Pada musim kemarau kawasan ini menjadi padang luas yang dilalui oleh berbagai jenis burung spesies langka di dunia dan dapat dijadikan untuk menggembala ternak masyarakat. Objek wisata ini berlokasi di jalan Lintas Timur Sumatera.

Kawasan rawa Bawang Latak juga  berada di Kecamatan Menggala merupakan objek wisata alam dan petualangan yang berada kurang lebih 3 km dari pusat kota.

Cakat  merupakan objek wisata alam berupa kawasan rawa berada di Kecamatan Menggala sungai dan danau

Way Tulangbawang adalah sungai paling besar di Lampung dengan lebar 200 meter yang melintasi kota Menggala. Selain dapat dijadikan sebagai objek wisata petualangan, berperahu, berkemah di pinggir sungai, memancing juga kegiatan wisata lainnya.

Di atas sungai masyarakat juga memasang keramba ikan sebagai mata pencaharian. Untuk pengembangan di masa yang akan datang, Way Tulang Bawang dapat dijadikan sebagai arena olahraga rutin tahunan misalnya lomba perahu hias, lomba dayung, dan lomba memancing, disamping itu juga dapat dibangun rumah makan terapung dan pusat penjualan makanan khas serta souvenir Tulangbawang.(RF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *