Agar anggaran tidak kedodoran untuk belanja online ketika ongkir naik, maka perlu langkah bijak untuk menyiasatinya. Bagaimana?

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, Eko Indarto, mengungkap hal kunci ialah mesti memahami urgensi manfaat dari barang yang akan dibeli.

“Pada dasarnya kalau kita belanja, kita menghitung manfaat dari biaya yang dikeluarkan. Kita lihat manfaat tak sebanding dengan biaya dikeluarkan lebih baik tidak usah beli,”, Kamis (21/3).

Ia melanjutkan, berbelanja online saat ongkir naik juga perlu lebih selektif. Artinya, upayakan membeli barang-barang yang memang hanya bisa didapat dari online. Kemudian, dengan membeli online memang bakal lebih menguntungkan.

“Kalau ternyata di online dan ada dijual di sekitar, kenapa enggak beli aja di warung sebelah?” imbuh dia.

Tak ada salahnya juga, kata Eko, konsumen melakukan perbandingan toko online satu dan yang lain agar mendapat harga paling sesuai. Intinya, mesti lebih cermat lagi dan telaten.

“Membandingkan dengan ongkir paling murah, enggak masalah, karena online memberikan pilihan banyak sekali. Kelebihan online kan begitu. Kita punya informasi sangat luas, tidak terbatas, kalau manual kan mau enggak mau ke satu toko kan,” paparnya.

Lantas bagaimana, saat situasinya ada gratis ongkir tapi harus minimal belanja Rp 90 ribu misalnya?

Eko menyarankan agar konsumen tak mudah tergiur untuk itu. Sebab, kebocoran keuangan justru bisa terjadi karena harus menambah pengeluaran ekstra, padahal barang yang dibeli belum tentu penting.

“Nah itu yang seharusnya diperhatikan juga, ada hal-hal yang sepertinya membuat kita terbantu namun malah membuat boros dan konsumtif. Perlunya cuma Rp 25 ribu misalnya, mau enggak mau nambah Rp 65 ribu hanya biar dapat ongkir gratis dengan pembelian Rp 90 ribu,” tandasnya.